https://www.zeverix.com/

INDEKS MEDIA

Berita Hari Ini Di Indonesia & Internasional

Demo ‘Brutal’ di Nepal: Istri Mantan PM Tewas Dibakar Massa, Rumah Pejabat Diserang

Jibril Daulay Jibril Daulay
Unjuk rasa di Nepal berakhir kerusuhan dan pembakaran gedung pemerintahan serta rumah para pejabat (foto: Aljazeera)

Kekacauan politik dan sosial di Nepal kian memanas. Rajyalaxmi Chitrakar, istri mantan Perdana Menteri Jhalanath Khanal, dilaporkan tewas setelah rumahnya di kawasan Dallu, Kathmandu, dibakar massa demonstran pada Selasa (9/9/2025) malam. Insiden tragis ini menambah daftar korban jiwa dalam gelombang protes yang telah menewaskan 19 orang sebelumnya.

Menurut laporan media lokal, rumah keluarga Khanal diserang demonstran yang marah dan kemudian dibakar. Tidak ada kesempatan bagi penghuni untuk menyelamatkan diri. Petugas keamanan yang tiba di lokasi terpaksa mendobrak masuk dan menemukan Chitrakar dalam kondisi tak sadarkan diri. Ia sempat dilarikan ke Rumah Sakit Luka Bakar Kirtipur, namun nyawanya tak dapat diselamatkan.

Selain rumah Khanal, massa juga membakar kediaman Perdana Menteri KP Sharma Oli, yang sehari sebelumnya telah mengundurkan diri dari jabatannya. Pengunduran diri Oli ternyata tidak cukup meredam amarah publik. Aksi kekerasan justru meluas dengan sasaran para pejabat tinggi.

Menteri Keuangan Bishnu Prasad Paudel menjadi target lain amukan massa. Sebuah video viral memperlihatkan Paudel dikejar puluhan orang di jalanan Kathmandu, kemudian ditendang dan dipukuli hingga jatuh ke tembok. Ia akhirnya berhasil diselamatkan sekelompok orang yang mengamankannya dari kerumunan.

Gelombang demonstrasi besar-besaran di Nepal dipicu kebijakan pemerintah memblokir akses ke 26 platform media sosial populer, termasuk Facebook, YouTube, X, dan LinkedIn. Kebijakan ini menyalakan amarah generasi muda, terutama kelompok Gen Z, yang menganggap langkah pemerintah sebagai bentuk pembungkaman.

“Kami ingin melihat perubahan. Ini bukan sekadar soal media sosial, tetapi soal keadilan dan masa depan,” kata seorang mahasiswa peserta aksi di Kathmandu.

Kerusuhan pecah pada Senin (8/9/2025), saat ribuan massa mencoba menerobos penghalang di sekitar parlemen. Aparat keamanan merespons dengan gas air mata, meriam air, hingga tembakan peluru. Sedikitnya 19 demonstran tewas, 17 di antaranya ditembak mati di luar gedung parlemen. Ratusan orang, termasuk polisi, mengalami luka-luka.

Meski pemerintah mencabut pemblokiran media sosial pada Selasa pagi, protes tetap berlanjut. Massa menilai langkah tersebut hanya upaya meredam situasi tanpa menyentuh akar persoalan, seperti korupsi pejabat, ketimpangan sosial, dan kondisi ekonomi yang memburuk.

Sejak Selasa malam, amarah demonstran mengarah ke simbol-simbol kekuasaan: gedung parlemen, kantor partai politik, rumah dinas menteri, hingga kediaman pribadi para pejabat senior. Selain menjarah, massa juga melakukan pembakaran di beberapa lokasi.

Krisis politik Nepal kian dalam setelah Presiden Ram Chandra Poudel menyusul pengunduran diri Perdana Menteri Oli, meninggalkan kekosongan kepemimpinan di puncak eksekutif. Militer kini memperketat pengamanan ibu kota, mengevakuasi pejabat kabinet ke barak militer, dan menyiagakan pasukan di titik-titik vital.

PBB telah menyerukan penyelidikan independen terkait penggunaan kekerasan aparat. Sementara pengamat menilai, protes kali ini berbeda dengan gelombang sebelumnya karena didominasi generasi muda Nepal yang menuntut perubahan sistemik.

Hingga Rabu (10/9/2025), situasi Kathmandu masih tegang. Kepulan asap dari gedung-gedung yang terbakar terlihat di langit kota, sementara sirene ambulans terus terdengar. Demonstran menyatakan mereka tidak akan mundur hingga ada pemerintahan baru yang dianggap mewakili suara rakyat.

Maaf Untuk Copy Berita Silahkan Hubungi Redaksi Kami!