Perjuangan Sang Perempuan Tangkas dari Timur, Opu Daeng Risadju
Selain itu ia juga ditembak di bagian pundak dan membuatnya jatuh tersungkur.
Usai itu, Opu Daeng Risadju dibawa ke penjara bawah tanah dan dipenjara selama 11 bulan tanpa diadili.
Dalam masa tahanan tersebut Opu Daeng Risadju mengalami berbagai penyiksaan yang membuat pendengarannya tidak berfungsi seumur hidup.
Setelah pengakuan kedaulatan kemerdekaan Indonesia pada 1949, Opu Daeng Risadju pindah ke Pare-pare bersama putranya H. Abdul Kadir Daud.
Sejak tahun 1950, Opu Daeng Risadju tidak lagi aktif di PSII, ia hanya menjadi sesepuh dari organisasi tersebut.
Tatkala putranya meninggal, Opu Daeng Risadju kembali ke Palopo dan berpulang ke rahmatullah pada 10 Februari 1964. Jasadnya kemudian dimakamkan di Lokke, makam para raja Luwu (Keppres No. 085/TK/TH. 2006, 2006)
Referensi:
Biografi opu daeng risadju. (n.d.). Retrieved from repository.uinbanten.ac.id.
Gosse, S. (2021). uun-halimah.blogspot.com. Retrieved from https://uun-halimah.blogspot.com: https://uun-halimah.blogspot.com/2007/12/perjuangan-opu-daeng-risaju-di-sulawesi.html
Irham, M. (2021, november 10).Tribun Timur.
Retrieved from timur.wiki.tribunnews: https://tribuntimurwiki.tribunnews.com/2021/11/10/kisah-opu-daeng-risaju-yang-rela-lepas-pin-bangsawan-demi-lawan-penjajah-belanda?page=all
Keppres No. 085/TK/TH. 2006. (2006). ikatan keluarga pahlawan nasional indonesia. Retrieved from kpni.or.id: http://ikpni.or.id/pahlawan/opu-daeng-risadju/
Museum. (2023, 1 friday). dinas kebudayaan (kundha kebudayan). Retrieved from budaya.jogjaprov.go.id: https://budaya.jogjaprov.go.id/berita/detail/1358-opu-daeng-risaju-pejuang-wanita-asal-sulawesi
Museum. (2023, 01). Opu Daeng Risadju Pejuang Wanita Asal Silawesi. Diambil kembali dari Dinas Kebudayaan (Kundha Kebudayaan).
Penulis: Andi Asmara Putra
Artikel ini merupakan kontribusi dari lomba penulisan budaya yang diselenggarakan indeksmedia.id.
Disclaimer: Indeksmedia.id tidak bertanggung jawab atas isi konten. Kami hanya menayangkan opini yang sepenuhnya jadi pemikiran narasumber. (*)

