Jejak Peninggalan Tana Luwu yang Mencengangkan
INDEKSMEDIA.ID – Catatan sejarah menyatakan bahwa salah satu kerajaan tertua adalah kerajaan Luwu yang mencapai puncak kejayaan sekitar abad ke-10 dan abad ke-14 Masehi.
Luwu merupakan satu dari tiga kerajaan yang termuat dalam epos I La Galigo yang digambarkan sebagai wilayah pesisir dan sungai, dengan pusat ekonomi berbasis perdagangan.
Kerajaan Luwu merupakan salah satu daerah yang mewariskan banyak peninggalan sejarah dan peradaban yang patut dijaga kelestariannya.
Peninggalan tersebut kaya akan budaya, dimulai dari istana, masjid, museum bahkan sumur.
Berikut ini beberapa peninggalan kerajaan Luwu yaitu:
1. Besi Tua
Tanah Luwu kaya akan sumber daya alam, hal ini dapat dibuktikan dalam berbagai tulisan sejarah bahwa Luwu merupakan salah satu penghasil biji besi yang luar biasa.
Besi Luwu merupakan peninggalan yang sepanjang sejarahnya tak pernah terlupakan bahkan terkenal hingga kerajaan Majapahit. Luwu adalah pemasok utama besi untuk Majapahit.
Kabupaten Luwu adalah daerah penghasil produk metalurgi berupa baja karbon yang disebut besi Luwu.
Pada abad ke-14 hingga abad ke-17, besi Luwu sudah digunakan di seluruh Nusantara bahkan diekspor ke berbagai kerajaan seperti India karena kualitas besi Luwu kala itu cukup termashyur.
Pada abad ke-20 berbagai penelitian menemukan bahwa besi luwu banyak mengandung nikel sehingga menjadikannya kuat dan ringan, keistimewaan besi Luwu dibandingkan besi lainnya yaitu titik lelehnya rendah.
Danau Matano merupakan daerah penghasil biji besi yang sangat melimpah, biji besi yang dihasilkan memiliki kualitas tinggi hingga tidak heran besi-besi ini bisa menyebar keseluruh Indonesi bahkan sudah mendunia.
Bahkan para pengrajin besi turut dikenal sebagai ahli besi oleh masyarakat lainnya. Salah satu jejak bangunan yang melegenda adalah bangunan monumental di Pulau Jawa dari abad ke-8 yakni candi Borobudur dan candi Prambanan yang dibuat mengunakan peralatan besi yang dihasilkan dari danau Matano.
Juga senjata yang digunakan saat pengadaan pada abad ke-13 di kerajaan Majapahit seperti tombak, keris, dan pedang semuanya berasal dari Matano.
Dahulu, masyarakat menambang besi dalam wujud batu dari perbukitan sekitar desa.
Batuan tersebut dilebur dan hasilnya ditempa menjadi keris, badik, kalewang (pedang) dan tombak kemudian diperdagangkan ke daerah luar.
Besi Luwu adalah sesuatu yang bernilai dan diyakini keampuhannya. Besi Luwu banyak ditemukan di tambang logam Luwu Timur, tidak seberapa jauh dari Malili dan Ussu’, ibu kota Luwu pertama dan titik pendaratan manusia pertama, leluhur para raja Bugis di Sulawesi Selatan.
Oleh karena itu besi Luwu dikatakan sebagai “Puengna Bessie” (pertuanan segala besi).
Besi merupakan salah satu benda yang telah disebutkan manfaatnya dalam Al-Qur’an, yakni QS Al-Anbiya’ (21), yang artinya: “Dan Kami ajarkan (pula) kepada Daud cara membuat baju besi untukmu, guna melindungi kamu dalam peperangan. Apakah kamu bersyukur (kepada Allah)?”
2. Istana Langkanae Luwu
Pada 1920, Istana Langkanae Luwu dibangun di atas tanah bekas saoraja.
Dahulunya bangunan ini terbuat dari kayu dan dihiasi tiang berjumlah 88 buah, kemudian diratakan pemerintah Belanda.
Didekat bangunan itu terdapat miniatur saoraja yang dilengkapi monumen perjuangan rakyat Luwu berbentuk patung tangan yang memegang badik dan terhunus menghadap arah langit.
Istana Langkanae Luwu terdiri dari dua bangunan: Langkanae dan Salassae.
Dulunya istana Langkanae berfungsi sebagai pusat pemerintahan kerajaan Luwu namun seiring berjalannya waktu bangunan ini dialihfungsikan menjadi museum untuk mengenang segala perjuangan para pahlawan sekaligus melestarikan kebudayaan kerajaan Luwu.
Istana Langkanae Luwu terbuat dari kayu asli tanpa tambahan material bangunan lain sebagai penompang.
Langkane adalah sebutan kata lain dari istana dan dijadikan sebagai cagar budaya buatan.
Langkanae merupakan salah satu saksi sejarah masa kejayaan kedatuan Luwu.
Di dalam istana Langkanae dibangun ruangan yang dijadikan sebagai tempat Tudang Sipulung yang digunakan untuk membahas masalah terkait kerajaan maupun rakyat.
Pada bagian tengahnya dibangun dua buah kamar yang cukup luas sebagai tempat peristirahatan Datuk dan Raja.
Sedangkan bagian belakang terdapat bangunan Salassae sebagai tempat pertemuan dan perjamuan tamu istana.
Ada banyak benda pusaka milik kerajaan Luwu yang terlihat saat memasuki istana, di antaranya: lemari kaca dan sertifikat pahlawan nasioanal RI untuk Almarhum Andi Djemma yang telah ditanda tangani presiden Megawati Soekarno Putri tahun 2004 silam.
Terdapat pula sepasang boneka manekin yang berpakaian pengantin khas Luwu dan pelaminan khas adat setempat.
Tak jauh dari tempat manekin didapati silsilah 23 generasi Pajung e ri Luwu (pohon keluarga dari raja Luwu).